Minggu, 09 Maret 2014

SEKILAS TENTANG SCHIZOPHRENIA

DEFINISI SCHIZOPHRENIA
gangguan-gangguan psikis yang sekarang dikenal sebagai schizophrenia, untuk pertama kalinya diidentifikasi sebagai "demence precoce" atau gangguan mental dini oleh benedict muler (1809-1873), seorang dokter berkebangsaan belgia pada tahun 1860 (dalam pratiknya, 1995).konsep yang lebih jelas dan sistematis diberikan oleh emil kraepelin (1856-1926), seorang psikiatri jerman pada tahun 1893. kraepalin menyebutnya dengan istilah "dementia praecox". istilah dementia praecox berasal dari bahasa latin "dementis" dan "precocous", mengacu pada situasi dimana seseorang mengalmi kehilangan atau kerusakan kemampuan-kemampuan mentalnya sejak dini.merupakan proses penyakit yang disebabkan oleh penyakit tertentu dalam tubuh meliputi hilangnya kesatuan dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku. penyakit ini muncul pada usia muda yang ditandai oleh kemampuan-kemampuan yang menurun yang akhirnya menjadi disentegrasi kepribadian yang kompleks. gambarannya meliputi pola tingkah laku seperti delusi, halusinasi, dan tingkah laku yang aneh.
Uegen Bleuler (1867-1939), seorang psikiatri swiss memperkenalkan istilah schizophrenia. istilah ini berasl dari bahasa yunani schitos artinya terbelah/terpecah dan phren artinya pikiran. secara harafiah schizophrenia berarti pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah.bleuler lebih menekankan pola perilaku yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempegaruhi pikiran, persaan dan afeksi. dengan demikian tidak adanya kesesuaian antara pikiran dan emosi, persepsi kenyataan yang sebenarnya.
PPDGJ III ( Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di indonesia III)
Schizophrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional.psikosis fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis sifatnya, hingga terjadi kepecahan yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan maladjusment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup lalu menjadi ketidakmampuan secara sosial. hilanglah rasa tanggung jawabnya dan terdapat gangguan pada fungsi intelektualnya. jika perilakunya tersebut menjadi begitu abnormal dan irasionalnya, sehingga dapat membahayakan dan mengancam keselamatan dan dirinya sendiri secara hukum disebut gila.
schizophrenia merupakan gangguan mental dan klasifikasi berat dan kronik(psikotik) yang menjadi beban utama pelayanan kesehatan jiwa di indonesia sejak jaman pemerintahan hindia belanda sampai sekarang. mengapa menjadi beban? karena ciri produktif dan harus ditanggung hisupnya selamanya oleh sanak keluarga, masyarakat, dan negara.

PENYEBAB GANGGUAN SCHIZOPHRENIA
Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab schizophrenia yaitu meliputi pendekatan biologis (meliputi faktor genetik dan faktor biokimia) pendekatan psikodinamik, pendekatan teori belajar.
PENDEKATAN HOLISTIK
Faktor genetic
Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh faktor genetis dalam menularkan shizophrenia, namun tetep menjadi pertayaan: bagaimana penularan genetis terjadi. beberapa peneliti mencoba dengan beberapa model (Rathus,et al., 1991), antara lain:
a. Distinct Heterogenity Model
model ini menyatakan bahwa shizophrenia terdiri dari sejumlah psikosis, beberapa diantaranya disebabkan oleh kerusakan gen yang dapat diikuti oleh gen-gen tertentu dan yang hanya disebabkan oleh faktor lingkungan.
b. Monogenic Gen
model ini menyatakan bahwa semua bentuk schizophrenia dapat disebabkan oleh suatu gen yang cacat. gen yang cacat ini dapat menyebabkan schizophrenia pada orang yang menerima gen itu dari kedua orang tuanya.
c. Multifactorial-Polygenic Model
Model ini menekankan pengaruh nilai ambang. disebabkan pengaruh oleh berbagai gen, trauma biologis prenatal dan postnatal dan tekenan psikososial yang salaing berinteraksi.
Faktor biokimia

Otak
Bagi orang yang normal kelainan saraf, sistem switch pada otak bekerja dengan normal.sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa adanya gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran dan akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. pada otak penderita schizophrenia sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencanpai sambungan otak yang dituju.

GEJALA
Para psikiatri membedakan membedakan gejala serangan schizophrenia menjadi 2 yaitu gejala positif dan negative

Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat ransangan terlalu kuat dan otak tidak mampu menginterpretasikan dan merespon pesan atau ransangan yang datang. Penderita schizophrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang sura itu menyuruhnya melakukan Sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.
Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya pada penderita schizophrenia, lampu trafik dijalan raya yang berwarna merah kuning hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luaar angkasa. Beberapa pendarita schizophrenia berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamati-mati, diintai, atau hendak diserang.
Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana penderita schizophrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan penderita tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika. Karena penderita schizophrenia tidak mampu mengatur pikirannya mebuat mereka berbicara secara serampangan dan tidak bisa di tangkap secara logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengandalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang panderita schizophrenia tertawa sendiri dengan keras tanpa memperdulikan sekelilingnya.

Semua itu membuat penderita schizophrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengarti apa itu manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada, dan sebainya.

Gejala negative
Penderita schizophrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat penderita menjadi orang yang malas. Karena penderita schizophrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi penderita schizophrenia menjadi datar. Penderita schizophrenia memiliki ekspresi baik dari raut muka maupan gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa penderita schizophrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari hidup mereka. Mereka tidak meras memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan yang relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Disamping itu perubahan otak secara biologis juga memberi adil dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan membuat penderita schizophrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.

DIAGNOSIS
Menurut bleuler diagnosa schizophrenia sudah boleh dibuat bila terdapat gangguan –gangguan primer dan disharmoni (keretakan, perpecahan atau ketidakseimbangan) pada unsure-unsur kepribadian (proses berpikir, emosi, kemauan dan psikomotorik) diperkuat dengan gejala-gejala sekunder.
Kurt Schneider (1939) menyusun 11 gejala rangking pertama (“first rank symptoms”) dan berpendapat bahwa diagnosa schizophrenia sudah boleh dibuat bila terdapat satu gejala dari kelompok A dan satu gejala dari kelompok B, dengan syarat bahwa kesadaran penderita tidak menurun.


PENGOBATAN
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju kemunduran mental
1. Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan schizophrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan schizophrenia sudah lebih dari 1 kali maka obat diberi terus selama satu sampai dua tahun.
2. Terapi elektro konvulsi (TEK)
Terapi konvulsi dapt memperpendek serangan schizophrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan terapi ini tidak dapat mencengah serangan yang akan datang.
3. Terapi koma insuli
Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan penyakit hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila dimulai dalam waktu 6 bulan sesudah penderita jatuh sakit.
4. Psikoterapi dan rehabilitas
Psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengambalikan penderita ke masyarakat. Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.
5. Lobotomy prefrontal
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak beerhasil dan bila penderita sangat menganggu lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar