Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014
"Living With Schizophrenia"
RSKD Duren Sawit
Rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014 di RSKD Duren Sawit yang berlangsung dari tanggal 8-10 Oktober dengan tema "Living With Schizophrenia" mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak yang terkait salah satunya dari "Media Indonesia" yang turut berpartispasi mendokumentasikan dan menuliskan dalam salah satu kolom pemberitaannya di koran, berikut mengenai isi dari berita tersebut.
Wartawan hingga Pramusaji yang Skizofrenia
SIANG itu, Yuda, 30, tampil rapi dengan ke meja dan celana hitam plus
sebuah ransel. Di acara Edukasi Keluarga Pasien Skizofrenia di aula
Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, Jakarta Timur itu, Rabu
(8/10), Yuda berbaur dengan para keluarga dan penderita skizofrenia
serta beberapa dokter muda berjas putih.
Dengan beberapa petugas
rumah sakit yang berseragam putih, Yuda sempat menyapa dan berbincang
akrab. "Kan dua tahun lalu pernah dirawat di sini, sebulan. Jadi banyak
yang kenal," kata Yuda. Yuda yang jadi wartawan sebuah koran nasional
itu tak segan berkisah tentang tahuntahunnya didera skizofrenia, dirawat
jalan, membandel tak mau makan obat, dirawat inap, mengamuk, dan
akhirnya menerima kondisi bahwa ia memang butuh pertolongan medis.
Perjalanan
panjang itu membuatnya paham, ia harus seumur hidup minum dua butir
obat setiap hari, menerima kondisinya dengan tak perlu malu. "Sekarang
ini, tiap hari liputan, bertemu narasumber lalu pergi ke kantor buat
nulis berita, mendapat penugasan.Kadang-kadang juga diminta membantu
mencari iklan," kata alumnus manajemen pemasaran sebuah kampus swasta di
Jakarta Barat itu."Jadi mungkin karena mama meninggal, lalu ada
masalah di kantor, jadi tertekan, aku jadi enggak kuat, bisa seminggu
cuma minum air putih doang," kata Yuda sembari terbahak, mengorelasikan
masa lalunya yang kontras dengan tubuhnya yang kini sangat berisi.
Periode mengamuk tak terima jika ia divonis menderita gangguan jiwa
skizofrenia juga dilaluinya. Episode itu melengkapi masa-masa halusinasi
dan wahamnya.Ia menyakini bahwa ia akan dijemput sejumlah orang
yang ingin membawanya pergi jauh. "Ya ternyata memang aku skizofrenia
dan harus minum obat pagi dan malam. Kalau ada orang yang mengonfirmasi,
ya aku jawab memang benar, bahkan sama teman dan atasan di kantor aku
juga terus terang. Tapi mereka malah enggak percaya, katanya kalau orang
skizofrenia malah enggak akan ngaku katanya.Ya enggak apa-apa juga
sih ha ha ha," kata Yuda.
Bekerja di RS yang merawatnya
Bukan
cuma Yuda yang sudah move on dari skizofrenia, Ira, 28, petugas
kebersihan RSKD Duren Sawit, pun telah selesai dengan penyangkalan
tentang penyakit serta keharusan minum obat. Dirawat satu bulan di rumah
sakit milik Pemerin tah Provinsi DKI Jakarta, Ira didukung dokter,
perawat, dan petugas rehabilitasi berupaya keras untuk pulih. Dinilai
punya kemauan keras buat sembuh sekaligus siap bergabung kembali ke
masyarakat, Ira kemudian ditawari pekerjaan sebagai petugas kebersihan.
Ira bersama teman-temannya yang berseragam biru kini bertanggung jawab
pada kebersihan gedung RSKD, ter masuk lantai tempat ia sempat dirawat
dan ketika dinilai terampilan, menjahit, melukis hingga membuat bros
dari flanel. "Sekarang aku sudah empat bulan kerja di sini.
Senang banget karena bisa punya pendapatan sendiri dan dipercaya. Ada
dua obat yang harus aku makan setiap hari dan memang kerasa, kalau
kelewatan langsung enggak bisa tidur. Makanya kalau obat habis, sebelum
masuk kerja, aku datang ke dokter telah siap kembali ke masyarakat, ia
mendapat aneka ke yang menangani aku, gratis juga kok, kan pakai kartu
BPJS dan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan," kata Ira yang
kini mengaku tengah rajin menabung.
Di RSKD juga, Move berjumpa
dengan pekerja restoran cepat saji yang telah enam bulan lepas dari
rawat inap. Setelah kondisi kesehatannya membaik, sebenarnya ia mengaku
masih belum rela bekerja sebagai pekerja restoran. Ia menyimpan hasrat
bekerja sesuai gelar sarjananya. Sayangnya, di berbagai tahapan seleksi
pekerjaan, ia selalu lolos, kecuali di psikotes. Setelah proses
negosiasi dengan diri sendiri selesai, ia kemudian memilih untuk aktif
di masyarakat kendati bidang kerjanya tak seideal keinginannya.Dukungan
keluarga dan lingkungan Kisah-kisah tentang anakanak muda yang mengidap
skizofrenia, yang telah melalui banyak proses sehingga akhirnya siap
kembali ke kehidupan nyata, kuliah, sekolah atau bekerja, membuat
peserta diskusi tersenyum optimistis.
Ada banyak dukungan yang
dibutuhkan buat mereka agar bergabung lagi bersama kita, kepatuhan minum
obat, fasilitas pengobatan yang terjangkau, dukungan keluarga dan
lingkungan, kesinambungan minum obat serta hilangnya stigma. Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia Diskusi di RSKD Duren Sawit itu menjadi bagian
dari rangkaian kegiatan Hari Kesehatan Jiwa Nasional yang jatuh pada
Jumat, 10 Oktober lalu.
Ada banyak keriaan, diskusi, pemutaran
film, penyalaan lilin hingga senam pagi bersama yang juga digelar RSKD
Duren Sawit. Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) menjadi salah
satu motor dalam rangkaian kegiatan bertema Living with schizophrenia
itu.Bagus Utomo, sang ketua KPSI, yang juga hadir dalam RSKD,
menghembuskan optimisme yang tentu perjalanannya tak akan mulus itu.
Namun,
ketika Move mengeks plorasi RSKD, rasanya optimisme itu harus ada.
Fasilitas perawatan yang terbilang bersih, ketelatenan para petugas,
termasuk yang tengah mengawasi pasien yang kerap tak menyentuh nasinya
membuat dukungan medis, sebenarnya telah sesuai standar. Melihat
bagaimana pasienpasien yang dinilai telah siap terjun ke masyarakat
belajar melukis, aneka keterampilan kerajinan tangan, serta menjahit,
membuahkan kesimpulan bahwa dukungan yang paling dibutuhkan saat ini
ialah pengikisan stigma!
Sumber : Media Idonesia, 12/10/2014