A. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan
disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur
kepribadian, serta regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam
iman setiadi, 2006, h. 3) Skizofrenia adalah gangguan mental yang
sangat berat. Gangguan ini di tandai dengan gejala-gejala positif
seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitf dan
persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara lain seperti avolition (
menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan
miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi
personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya
berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah,
kehidupan afek dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan
pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi
ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat
produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.
Menurut Kartono (1986, h. 259-260) Skizofrenia dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
- Skizofrenia Hebefrenik.
Artinya mental atau jiwanya menjadi tumpul. Kesadarannya masih jernih, akan tetapi kesadaran akunya sangat terganggu.
Ciri-cirinya:
a. Orang yang mengalami derealisasi dan depersonalisasi berat.
b. Dihinggapi macam-macam ilusi dan delusi, sebab fikirannya kacau,melantur.
c. Banyak tersenyum-senyum dengan muka yang selalu perat perot tanpa ada perangsang sedikit pun.
- Skizofrenia katatonik.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami chorea flexibility yaitu badan jadi kaku seperti malam atau was.
b. Ada pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau gerak-gerak otomatis dan tingkatah laku yang aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kemauan.
c. Ada gejala-gejala stupor.
d. Kadang-kadang disertai catatonic excitement.
e. Mengalami regresi total.
- Skizofrenia paranoid.
a. Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur serta kacau balau.
b. Pasin tampak lebih waras dan tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya.
c. Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuhan terhadap siapapun juga.
d. Merasa dirinya penting, besar grandieus.
e. Sering sangat fanatik religious secara berlebihan.
f. Kadang-kadang bersifat hipokondris.
B. Sebab-sebab Skizofrenia.
Ada beberapa penyebab skizofrenia antara lain:
1. Lebih dari separuh dari jumlah penderita skizofrenia mempunyai keluarga psikosis atau sakit mental.
2. Tipe kepribadian yang schizothyme (dengan jiwa yang cenderung menjadi skizofren) dan bentuk jasmaniah asthenis (tidak berdaya/bertenaga) mempunyai kecenderungan kuat menjadi skizofren.
3.
Sebab-sebab organis: ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf
sentral. Juga terdapat gangguan-gangguan pada sistem kelenjar-kelenjar
adrenalin dan piluitari (kelenjar dibawah otak). Kadang
kala kelenjar thyroid dan kelenjar adrenal mengalami atrofi berat.
Dapat juga disebabkan oleh proses klimakterik dan gangguan menstruasi.
Semua ganguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi
mentalnya.
4. Sebab-sebab psikologis: ada kebiasaan-kebiasaan infantile yang buruk dan salah, sehingga pasien hampir selalu melakukan mal adjustment
(salah-suai) terhadap lingkungan. Ada konflik diantara super ego dan id
(freud). Integrasi kepribadiannya sangat miskin, dan ada
kompleks-inferior yang berat.
C. Gejala Skizofrenia
Gejala penderita skizofrenia antara lain:
a. Delusi
b. Halusinasi
c. Cara bicara/berfikir yang tidak teratur
d. Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram, perhatian menurun.
Beberapa
study tentang masalah-masalah yang ditimbulkan pasien skizofrenia pada
keluarganya yang paling sering muncul menurut Murray adalah:
a. Ketidak mampuan untuk merawat diri.
b. Ketidak mampuan menangani uang.
c. Social with drawal.
d. Kebiasa-kebiasaan pribadi yang aneh.
e. Ancaman bunuh diri.
f. Gangguan pada kehidupan keluarga, misal: pekerjaan, sekolah, jadwal sosial.
g. Ketakutan atas keselamatan, baik pasien maupun anggota keluarga.
h. Blame and shame.
D. Penanganan bagi penderita skizofrenia
Prognosa
dan penyembuhan bagi penderita skizofrenia pada umumnya sedikit sekali
kemungkinan bisa sembuh terutama jika keadaannya sudah parah. Yang
penting adalah usaha prefentif menurut Kartini Kartono(2002, h. 247-248)
berupa:
a. menghindarkan dari frustrasi-frustrasi dan kesulitan-kesulitan psikis lainnya.
b. Menciptakan kontak-kontak sosial yang baik.
c. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif, dan mau melihat hari depan dengan rasa berani.
d. Beranikan ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengan rasa positif dan usakanlah agar dia bisa menjadi extrovert.
Dalam situs www.sivalintar.com dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu:
a. Sikap menerima adalah langkah awal penyembuhan
b. Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya.
c. Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh.
d. Perawatan yang dilakukan oleh para ahli bertujuan mengurangi gejala skizofrenik dan kemungkinan gejala psyhcotik.
e. Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan mungkin harus seumur hidup.
Cara-cara Terapi/Perawatan Skizofrenia
Selain
cara dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan,
ada cara alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam hari saja
di rumah sakit, sebagian hari lainnya pasien berada di rumah bersama
dengan keluarga atau di sekolah atau tempat kerja bersama
teman-temannya.
Selain
itu ada program terapi residensial, yaitu tempat semacam asrama bagi
pasien skizofrenia yang sudah relatif tenang atau mencapai keadaan
remisi (tetapi masih memerlukan rehabilitasi, latihan keterampilan lebih
lanjut) dapat hidup dalam suasana lingkungan sepeerti keluarga
(bersama-sama pasien lainnya) dalam mana ia dapat mempraktekkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya di tengah-tengah
lingkungan yang mendukung sehingga ia kemudian juga terampil menjalani
kehidupan ini di luar rumah sakit, di tengah-tengah masyarakat luas
seperti anggota masyarakat pada umumnya.
Semuanya
memerlukan semacam dukungan social (social support) dari komuniti atau
lingkungan masyarakatnya. Secara tuntas, untuk terapi holistic
diperlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi,
latihan fisik), mental-emosionalnya (psikoterapi, konseling psikologis),
dan bimbingan social (cara bergaul, latihan keterampilan social) serta
lingkungan keluarga dan social yang mendukung). Disamping terapi
okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) diperlukan juga terapi
/rehabilitasi vokasional (untuk melatih keterampilan kerja tertentu yang
dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah).
Semua
ini membutuhkan jalinan kerja sama seluruh lapisan masyarakat/komuniti,
dan tidak mungkin dilakukan oleh satu kelompok komuniti saja, banyak
pihak harus terlibat dan saling bekerja sama dengan satu tujuan yaitu
membawa pasien kepada keadaan bebas penyakit dan terampil menjalani
kehidupan secara mandiri.
E. Penderitaan keluarga yang memiliki anggota skizofrenia
- Skizofrenia
adalah penyakit yang sangat merusak, tidak hanya bagi orang yang
terkena tetapi pada keluarga juga. Barangkali tidak ada penyakit
lain termasuk kangker yang lebih menimbulkan kepedihan yang
mendalam bagi keluarga seperti skizofrenia (Torrey, 1988)
- Atmosfer
dalam keluarga adalah seperti menunggu dan terus menunggu akan
meledaknya sebuah bom. Pasien terus menerus meragukan diri dan
penuh pertanyaan. Keluarga hidup dengan ketakutan yang menetap
bahwa gejala-gejala akan muncul lagi.
Banyak keluarga belum mengerti benar apa itu skizofrenia, ketidak mengertian itu melahirkan
jalam pintas. Rata-rata mereka memasukkan kerabatnya ke rumah sakit
jiwa, padahal penyakit ini bisa dikendalikan dengan kemauan diri yang
keras dan dukungan keluarga penderitanya bisa hidup normal. Seperti yang
dialami keluarga Suharjo, salah satu orang tua yang anaknya menderita
skizofrenia,” saat anak saya divonis menderita skizofrenia saya kaget
sekali. Rasanya saya ingin marah karena anak saya dianggap gila sebab
dalam kehidupan sehari-hari dia terlihat normal”.
Tetapi
akhirnya suharjo melihat sendiri keanehan sikap anaknya, dia merasa
terus dimata-matai oleh tetangga, merasa mendengar suara-suara dan
sebagainya. ”saya tidak mau anak saya disebut gila”. Tapi kini anaknya
memang sedang menjalani perawatan, dia sunggh luar biasa, dia tidak
pernah berhenti berusaha setelah tahu dirinya menderita skizofrenia,
katanya.
F.
Yang harus dilakukan keluarga dalam upaya penyesuaian diri dengan
kehadiran skizofrenia dalam sistem mereka dan cara mengatasinya.
- Informasi/psikoedukasi.
- Informasi-informasi
yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan
perjalanan penyakitnya, berbagai bantua medis dan psikologis yang
dapat meringankan gejala skizofrenia merupakan sebagian info vital
yang sangat dibutuhkan keluarga. Info yang tepat akan menghilangkan
saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat
berharap secara realistis danmembantu keluarga mengarahkan sumber
daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian info
yang tepat dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk
keluarga.
- Sikap yang tepat adalah SAFE.
- Menurut
Torrey (1988) keluarga perlu memiliki sikap yang tepat tentang
skizofrenia, disingkatnya sikap-sikap yang tepat itu dengan SAEF ( Sense of humor, Accepting the illnes, Familliy balance, Expectations which are realistic).
- Support group
- Bilamana
keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang
diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila
keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofren
bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan. Mereka
dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang mutahir, bahkan
mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang mampu.
Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih
efektif dan lebih murah.
- Family therapy(Object relations family therapy)
- Family
therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu
keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan
lebih mampu melakukan penyesuaian diri.
- Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri sipenderita. Mereka harus sabar dan menerima kenyataan.
- Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia.
- Menerima
kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses
penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap
bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan
penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat
penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap ksar. Akan
tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik.
- Pasca
perawatan bisanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan
keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya,
dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing kembali
emosi penderita.
- Yang
penting usaha-usaha prevenif berupa hindari frusrtasi dan
kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-kontak sosial yang
sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan
mau melihat hari depan dengan rasa kebranian.
- Pada
skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh problem yang
sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak
membebani penderita dan dapat mengurangi stres jangka pendek.
- Penderita
mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal, agar lebih
paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak melakukan
aktivitas bersama-sama. Seperti mendengarkan musik, melukis,
nonton tv, atau menunjukkan perhatian tanpa bercakap-cakap.
- Keluarga
menanggung beban dan tanggung jawab merawat anggota keluarga yang
sakit terutama mengatasi perilaku kacau tanpa informasi,
ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini perhatian
perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga terhadap
timbulnya kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita dapat ditentukan
dengan apa yang disebut EE(Emotional Expresion) yang terdiri atas
kritikan atau komentar negatif, emotional over involvment,
permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan kehangatan. Bila
keluarga EEnya tinggi maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya
bila EEnya rendah maka kekambuhanpun akan rendah.
Tritmen Untuk Skizofrenia
Pasien
skizofrenia memerlukan tritmen yang komprehensif, artinya memberikan
tritmen medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk
membantu mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat dari gangguan tsb,
dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup di
masyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya
diberikan kepada pasien skizofrenia.
1. Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan.
2. Tritmen sosial dan psikologis –
3. intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih ketrampilan
berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola
gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)
4. terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana menghadapi perilaku anggotanya yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh)
5. program
tritmen komunitas asertif (menyediakan layanan komprehensif bagi pasien
skizofrenia dg dokter ahli, pekerja sosial, & psikolog yang dapat
mereka akses setiap tapi di Indonesia masihèsaat-terutama bagi yang tidak memiliki keluarga) terlalu
mewah ya? Tritmen lintas budaya Penyembuhan tradisional (dengan
doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat.
KriteriaSembuh
Istilah remisi (sembuh bebas gejala)
menunjukkan pasien, sebagai hasil terapi medikasi terbebas dari
gejala-gejala skizofrenia, tetapi tidak melihat apakah pasien itu dapat
berfungsi atau tidak. Istilah recovery (sembuh tuntas) biasanya mencakup
disamping terbebas dari gejala-gejala halusinasi, delusi dan lain-lain,
pasien juga dapat bekerja atau belajar sesuai harapan keadaan diri
pasien masyarakat sekitarnya. Untuk mencapai kondisi sembuh dan dapat
berfungsi, seorang pasien skizofrenia memerlukan medikasi, konsultasi
psikologis, bimbingan social, latihan keterampilan kerja, dan kesempatan
yang sama untuk semuanya seperti anggota masyarakat lainnya.
Kini
perlu disadari bahwa peran keluarga sangatlah penting dalam usaha
penyembuhan penderita skizofrenia. Keluarga penderita adalah sumber amat
penting untuk memudahkan perawatan psikososial, untuk itu jangan jauhi
penderita, berilah perhatian dan kasih sayang agar penderita tidak
merasa dikucilkan.