Kamis, 16 Oktober 2014

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014
"Living With Schizophrenia"
RSKD Duren Sawit

Rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014 di RSKD Duren Sawit yang berlangsung dari tanggal 8-10 Oktober dengan tema "Living With Schizophrenia" mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak yang terkait salah satunya dari "Media Indonesia" yang turut berpartispasi mendokumentasikan dan menuliskan dalam salah satu kolom pemberitaannya di koran, berikut mengenai isi dari berita tersebut.

Wartawan hingga Pramusaji yang Skizofrenia 
SIANG itu, Yuda, 30, tampil rapi dengan ke meja dan celana hitam plus sebuah ransel. Di acara Edukasi Keluarga Pasien Skizofrenia di aula Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, Jakarta Timur itu, Rabu (8/10), Yuda berbaur dengan para keluarga dan penderita skizofrenia serta beberapa dokter muda berjas putih.

Dengan beberapa petugas rumah sakit yang berseragam putih, Yuda sempat menyapa dan berbincang akrab. "Kan dua tahun lalu pernah dirawat di sini, sebulan. Jadi banyak yang kenal," kata Yuda. Yuda yang jadi wartawan sebuah koran nasional itu tak segan berkisah tentang tahuntahunnya didera skizofrenia, dirawat jalan, membandel tak mau makan obat, dirawat inap, mengamuk, dan akhirnya menerima kondisi bahwa ia memang butuh pertolongan medis.

Perjalanan panjang itu membuatnya paham, ia harus seumur hidup minum dua butir obat setiap hari, menerima kondisinya dengan tak perlu malu. "Sekarang ini, tiap hari liputan, bertemu narasumber lalu pergi ke kantor buat nulis berita, mendapat penugasan.Kadang-kadang juga diminta membantu mencari iklan," kata alumnus manajemen pemasaran sebuah kampus swasta di Jakarta Barat itu."Jadi mungkin karena mama meninggal, lalu ada masalah di kantor, jadi tertekan, aku jadi enggak kuat, bisa seminggu cuma minum air putih doang," kata Yuda sembari terbahak, mengorelasikan masa lalunya yang kontras dengan tubuhnya yang kini sangat berisi. Periode mengamuk tak terima jika ia divonis menderita gangguan jiwa skizofrenia juga dilaluinya. Episode itu melengkapi masa-masa halusinasi dan wahamnya.Ia menyakini bahwa ia akan dijemput sejumlah orang yang ingin membawanya pergi jauh. "Ya ternyata memang aku skizofrenia dan harus minum obat pagi dan malam. Kalau ada orang yang mengonfirmasi, ya aku jawab memang benar, bahkan sama teman dan atasan di kantor aku juga terus terang. Tapi mereka malah enggak percaya, katanya kalau orang skizofrenia malah enggak akan ngaku katanya.Ya enggak apa-apa juga sih ha ha ha," kata Yuda.

Bekerja di RS yang merawatnya 
Bukan cuma Yuda yang sudah move on dari skizofrenia, Ira, 28, petugas kebersihan RSKD Duren Sawit, pun telah selesai dengan penyangkalan tentang penyakit serta keharusan minum obat. Dirawat satu bulan di rumah sakit milik Pemerin tah Provinsi DKI Jakarta, Ira didukung dokter, perawat, dan petugas rehabilitasi berupaya keras untuk pulih. Dinilai punya kemauan keras buat sembuh sekaligus siap bergabung kembali ke masyarakat, Ira kemudian ditawari pekerjaan sebagai petugas kebersihan. Ira bersama teman-temannya yang berseragam biru kini bertanggung jawab pada kebersihan gedung RSKD, ter masuk lantai tempat ia sempat dirawat dan ketika dinilai terampilan, menjahit, melukis hingga membuat bros dari flanel. "Sekarang aku sudah empat bulan kerja di sini. Senang banget karena bisa punya pendapatan sendiri dan dipercaya. Ada dua obat yang harus aku makan setiap hari dan memang kerasa, kalau kelewatan langsung enggak bisa tidur. Makanya kalau obat habis, sebelum masuk kerja, aku datang ke dokter telah siap kembali ke masyarakat, ia mendapat aneka ke yang menangani aku, gratis juga kok, kan pakai kartu BPJS dan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan," kata Ira yang kini mengaku tengah rajin menabung.

Di RSKD juga, Move berjumpa dengan pekerja restoran cepat saji yang telah enam bulan lepas dari rawat inap. Setelah kondisi kesehatannya membaik, sebenarnya ia mengaku masih belum rela bekerja sebagai pekerja restoran. Ia menyimpan hasrat bekerja sesuai gelar sarjananya. Sayangnya, di berbagai tahapan seleksi pekerjaan, ia selalu lolos, kecuali di psikotes. Setelah proses negosiasi dengan diri sendiri selesai, ia kemudian memilih untuk aktif di masyarakat kendati bidang kerjanya tak seideal keinginannya.Dukungan keluarga dan lingkungan Kisah-kisah tentang anakanak muda yang mengidap skizofrenia, yang telah melalui banyak proses sehingga akhirnya siap kembali ke kehidupan nyata, kuliah, sekolah atau bekerja, membuat peserta diskusi tersenyum optimistis.

Ada banyak dukungan yang dibutuhkan buat mereka agar bergabung lagi bersama kita, kepatuhan minum obat, fasilitas pengobatan yang terjangkau, dukungan keluarga dan lingkungan, kesinambungan minum obat serta hilangnya stigma. Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Diskusi di RSKD Duren Sawit itu menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Hari Kesehatan Jiwa Nasional yang jatuh pada Jumat, 10 Oktober lalu.
Ada banyak keriaan, diskusi, pemutaran film, penyalaan lilin hingga senam pagi bersama yang juga digelar RSKD Duren Sawit. Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) menjadi salah satu motor dalam rangkaian kegiatan bertema Living with schizophrenia itu.Bagus Utomo, sang ketua KPSI, yang juga hadir dalam RSKD, menghembuskan optimisme yang tentu perjalanannya tak akan mulus itu.
Namun, ketika Move mengeks plorasi RSKD, rasanya optimisme itu harus ada. Fasilitas perawatan yang terbilang bersih, ketelatenan para petugas, termasuk yang tengah mengawasi pasien yang kerap tak menyentuh nasinya membuat dukungan medis, sebenarnya telah sesuai standar. Melihat bagaimana pasienpasien yang dinilai telah siap terjun ke masyarakat belajar melukis, aneka keterampilan kerajinan tangan, serta menjahit, membuahkan kesimpulan bahwa dukungan yang paling dibutuhkan saat ini ialah pengikisan stigma!



Sumber : Media Idonesia, 12/10/2014